SEJARAH KERAJAAN
MAJAPAHIT
(Suplemen Materi Mata Kuliah Pembelajaran IPS SD)
Kerajaan
Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, tepatnya di desa
Trowulan, Mojosari - Mojokerto. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu
terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu kerajaan
terbesar dalam sejarah Indonesia.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293. Pada masa
pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389) yang didampingi oleh Patih Gajah Mada
(1331-1364), Majapahit mengalami puncak keemasannya.
Historiografi
Hanya terdapat sedikit bukti
fisik dari sisa-sisa Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas. Sumber utama yang
digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton (Kitab Raja-raja) dalam bahasa
Kawi, Nagarakertagama dalam bahasa Jawa Kuno. Pararaton terutama menceritakan
Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek
mengenai terbentuknya kerajaan Majapahit. Sementara itu Negarakertagama
merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit, dibawah
pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.
Selain itu terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan
sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa
tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat
unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C Berg menganggap
semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti
supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun demikian, banyak pula
sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat
diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar
penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.
Kisah berdirinya kerajaan Majapahit hanya
terdapat di dalam Kitab Pararaton, Kidung Panji Wijayakusuma dan Kidung Harsa
Wijaya. Mengingat sifat penulisan kitab-kitab itu kita tidak dapat mengambil
seluruh ceritanya, tetapi hanya sebagian garis besarnya saja. Nama Majapahit
mungkin sekali berdasarkan kenyataan bahwa di hutan Terik yang dibuka itu
banyak terdapat pohon maja.
Raja Majapahit
- WIJAYA
Setelah raja Kertanagara gugur,
Singhasari berada dibawah kekuasaan raja Kadiri Jayakatwang dan berakhirlah
riwayat kerajaan Singhasari. Salah seorang keturunan penguasa Singhasari yaitu
Wijaya, kemudian berusaha untuk dapat merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya
dari tangan raja Jayakatwang. Ia adalah anak Dyah Lembu Tal, cucu Mahisa
Cempaka atau Narasinghamurti. Jadi ia masih keturunan Ken Arok dan Ken Dedes
secara langsung. Dari geneologinya Wijaya masih keponakan raja Kertanagara.
Pada waktu pasukan Jayakatwang dari
Kadiri menyerang Singhasarim Wijaya ditunjuk oleh raja Kertanagara untuk
memimpin pasukan Singhasari melawan pasukan Kadiri yang datang dari sebelah
Utara. Kisah pertempuran antara pasukan Wijaya melawan pasukan Kadiri
didapatkan dalam prasasti Kudadu. Prasasti
Kudadu ini berangka tahun 1216 Saka (11 September 1294), dikeluarkan oleh
Kertarajasa Jayawardhana dalam rangka memperingati pemberian anugrah kepada
pejabat desa (rama) di Kudadu berupa
penetapan desa Kudadu menjadi daerah Swatantra.
Didalam prasasti Sukamrta itu
disebutkan juga bahwa Wijaya menyeberangi lautan. Tentulah yang dimaksud ialah
kepergiannya ke Madura, seperti disebutkan dalam prasasti Kudadu. Di Madura ia
diterima oleh Aryya Wiraraja, yang kemudian mengusahakan agar Wijaya dapat
diterima menyerahkan diri kepada Jayakatwang di Kadiri. Wijaya akhirnya
mendapat kepercayaan penuh dari raja Jayakatwang, sehingga pada waktu Wijaya
minta daerah hutan Terik untuk dibuka menjadi desa, dengan dalih akan dijadikan pertahanan
terdepan dalam menghadapi musuh yang menyerang melalui sungai Brantas,
permintaan itu dikabulkan. Daerah Terik dibuka oleh Wijaya dengan bantuan dari
Wiraraja, menjadi desa dengan nama Majapahit.
Diam-diam Wijaya memperkuat diri sambil
menunggu saat yang tepat untuk menyerang Kadiri. Di Madura Adipati Wiraraja
sudah bersiap-siap pula dengan orang-orangnya untuk datang membantu ke
Majapahit. Bertepatan dengan selesainya persiapan-persiapan untuk mengadakan
perlawanan terhadap raja Jayakatwang. Pada awal tahun 1293 datanglah bala
tentara Khubilai Khan, yang sebenarnya dikirimkan untuk menyerang Singhasari,
menyambut tantangan raja Kertanagara yang telah menganiaya utusannya, Meng-Chi.
- JAYANAGARA
Sepeninggal Kartarajasa tahun 1309,
putranya Jayanagara dinobatkan menjadi raja. Didalam salah satu prasastinya ia
disebutkan dengan gelar “Abhisekanya Sri Sundara
Pandyadewadhiswaranamarajabhiseka Wikramotunggadewa”. Pada waktu ayahnya
masih memerintah yakni pada tahun 1296, sebagai seorang putra mahkota
Jayanagara telah berkedudukan pula sebagai Kumararaja.
Pada masa pemerintahannya banyak terjadi
pemberontakan. Seperti telah diketahui semua kerusuhan itu disebabkan oleh
fitnah Mahapati. Setelah Mahapati
berhasil menyingkirkan Rangga Lawe dan Lembu Sora kini ia
melanjutkan usahanya untuk menyingkirkan Nambi.
Pada tahun 1316 Pajarakan diserbu, kotanya diduduki dan Nambi dengan segenap
keluarganya dibunuh. Kemudian menyusul pemberontakan Seni pada tahun 1318 dan
pemberontakan Kuti pada tahun 1319. Dalam pemberontakan Kuti muncul seorang
tokoh yang kemudian memegang peranan penting dalam sejarah Majapahit, yaitu Gajah Mada. Yang semula sebagai bekel bhayangkari atau pasukan pengawal
raja. Gajah Mada setelah amukti Palapa selama dua bulan, diangkat menjadi patih
di Kahuripan dan kemudian dinaikkan pangkatnya menjadi patih di Daha.
Pada masa pemerintahan Jayanagara
hubungan dengan Cina rupa-rupanya telah pulih kembali. Utusan dari Jawa datang
setiap tahun dari tahun 1325 sampai tahun 1328.
Dari masa pemerintahan raja Jayanagara
kita hanya mengenal tiga buah prasasti yang dikeluarkan olehnya, yaitu Prasasti
Tuhanaru, Prasasti Blambangan dan Prasasti Blitar I. Prasasti Tuhanaru berangka tahun 1245 Saka (13
Desember 1323), berisi penetapan kembali desa Tuhanaru dan Kusambyan sebagai
daerah swatantra atas permohonan Dyah Makaradhwaja. Dan karena kesetiaannya ia
dianggap sebagai anak oleh raja.
- TRIBHUWANOTTUNGGADEWI JAYA WISNUWARDDHANI
Raja Jayanagara tidak berputra.
Sepeninggalnya pada tahun 1328 ia digantikaan oleh adik perempuannya yaitu Bhre
Kahuripan. Ia dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Abhiseka Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwarddhani.
Ia kawin dengan Cakradhara atau Cakreswara yang menjadi raja di Singhasari
(Bhre Singhasari) dengan gelar Kertawarddhana.
Dari kekawin Nagarakertagama, dalam masa
pemerintahan Tribhuwana telah terjadi pemberontakan di Sadeng dan Keta pada
tahun 1331. Pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Sesudah
peristiwa Sadeng itu, kitab Pararaton
menyebutkan sebuah peristiwa yang kemudian amat terkenal dalam sejarah, yaitu Sumpah Palapa Gajah Mada.
Gajah Mada bersumpah di hadapan raja dan
pembesar Majapahit, bahwa ia tidak akan amukti palapa sebelum ia dapat
menundukkan Nusantara yaitu Gurun Seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo,
Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik.
Tribhuwana memerintah selama dua puluh
dua tahun (22). Pada tahun 1350, ia mengundurkan diri dari pemerintahan dan
digantikan oleh anaknya yang bernama Hayam
Wuruk.
- HAYAM WURUK
Ada
pendapat yang mengatakan bahwa karena raja Jayanagara tidak mempunyai
keturunan, maka takhta kerajaan jatuh di tangan anak Kertanagara yang masih
hidup, yaitu bekas permaisuri Kertarajasa. Maharajapatni Gayatri, tetapi karena
Gayatri telah menjadi biksuni maka
pemerintahan dipegang oleh anaknya yang tertua, yaitu Tribhuwanottunggadewi, yang
memerintah atas namanya. Dan karena itu pula maka setelah Gayatri meninggal pada
tahun 1350, Tribhuwana menyerahkan pemerintahan kepada anak laki-lakinya yang
telah dewasa yaitu Hayam Wuruk.
Pada pemerintahan Hayam Wuruk merupakan
puncak kebesaran Majapahit. Pada tahun 1350, putra mahkota Hayam Wuruk
dinobatkan menjadi raja Majapahit, dengan gelar Sri Rajasanagara, dan
dikenal pula dengan nama Bhra Hyang Wekhasing Sukha. Dalam menjalankan
pemerintahannya Hayam Wuruk didampingi oleh Gajah Mada yang menduduki jabatan Patih Hamangkubhumi.
Dengan bantuan patih Gajah Mada, raja
Hayam Wuruk berhasil membawa kerajaan Majapahit ke puncak kebesarannya. Gajah
Mada ingin melaksanakan pula gagasan politik nusantaranya yang telah dicetuskan
sebagai sumpah palapa di hadapan raja Tribhuwanottunggadewi dan para pembesar
kerajaan Majapahit.
Dari pemberitaan Prapanca didalam kakawin Nagarakertagama, kita mengetahui bahwa
daerah-daerah yang ada di bawah pengaruh kekuasaan Majapahit itu sangat luas.
Daerah ini meliputi hampir seluas wilayah Indonesia sekarang, meliputi
daerah-daerah di Sumatra, di bagian barat sampai ke daerah-daerah Maluku dan
Irian di bagian timur, bahkan sampai ke negara-negara di wilayah Asia Tenggara.
Agaknya politik Nusantara ini berakhir sampai tahun 1357, dengan terjadinya
peristiwa di Bubat (Pasundan-Bubat), yaitu perang antara orang Sunda dengan
Majapahit.
Pada waktu itu Raja Hayam Wuruk
bermaksud hendak mengambil putri Sunda, yang bernama Dyah Pitaloka sebagai
permaisurinya. Setelah putri tersebut dan ayahnya bersama-sama para pembesar
dan pengiringnya sampai di Majapahit, tejadilah perselisihan. Gajah Mada tidak
menghendaki perkawinan itu terjadi begitu saja. Ia menghendaki agar putri itu
dipersembahkan oleh raja Sunda kepada raja Majapahit sebagai tanda pengakuan
tunduk terhadap kerajaan Majapahit.
Dari kitab Pararaton kita mengetahui,
bahwa setelah peristiwa Bubat berakhir, kemudian Gajah Mada amukti Palapa,
mengundurkan diri dari jabatannya dan meninggal pada tahun 1364. Hayam Wuruk
meninggal pada tahun 1389 dan tempat pendarmaannya tidak diketahui.
Masa pemerintahan Hayam Wuruk tanpa patih
Gajah Mada hanya berlangsung selama tiga tahun. Dalam kekosongan patih, Gajah
Enggon diangkat menjadi patih Hamangkubhumi. Sepeninggal Hayam Wuruk, tahta
kerajaan Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana (Bhra Hyang Wisesa). Ia adalah
menantu dan keponakan raja Hayam Wuruk yang dikawinkan dengan putrinya.
DAFTAR
ISI
- Wilayah Jawa Timur
- Pulau Madura
- Kabupaten Sumenep
- Kabupaten Sampang
- Kabupaten Pamekasan
- Kabupaten Lamongan
- Kabupaten Sidoarjo
- Kabupaten Mojokerto
- Kabupaten Jombang
- Kota Malang
- Kabupaten Malang
- Kabupaten Pasuruan
- Kabupaten Probolinggo
- Kabupaten Situbondo
- Kabupaten Banyuwangi
DAFTAR ISI
- Sejarah Manusia Purba di Indonesia
- Sejarah Indonesia
- Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia
- C a n d i
- Kerajaan Majapahit
- Peristiwa 10 November
DAFTAR ISI
- Sumberdaya Alam
- Sumberdaya Manusia
- Flora dan Fauna
- Persebaran Flora di Indonesia
- Persebaran Fauna di Indonesia
- I k l i m
DAFTAR ISI
- Dinamika Peta Pulau Jawa
- Artifek Gunung di Pulau Jawa
- Gunung Kelud yang Mempesona
- Lautan Pasir Gunung Bromo
- Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru
- Anak Krakatau
- Gunung Gede
- Taman Nasional Gunung Halimun Salak
- Geologi Manusia Jawa
- Gumuk Pasir di Parang Tritis
- Gejala Puting Beliung
DAFTAR ISI
- Gunung Api
- 8 Gunung berapi di Indonesia
- Bencana besar di tahun 2010
- Status Gunung Bromo
- Gunung Berapi
- Danau Kalimutu
- Gumuk Pasir di Parang Tritis
- Gunung Raung
- Gempa dan Tsunami Mentawai
- Tsunami di Indonesia
- Pemanfaatan Teknologi Pengindraan Jauh dan SIG
- Banjir Jakarta
BAB IV
HASIL KEGIATAN
in conclusion with our history book club to read and discuss books that changed the way we see the past. let's visit our website here https://sejarahdunia72.blogspot.com/
BalasHapus