Rabu, 09 Juli 2014

ANALISIS SWOT UNTUK PENGEMBANGAN SKKD MATA PELAJARAN IPS



JUDUL : ANALISIS SWOT UNTUK PENGEMBANGAN SKKD MATA
                PELAJARAN IPS

A. Analisis Situasi
      Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan program pendidikan pada tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah yang banyak disorot. Kekaburan cara pandang yang berbeda dari yang sudah ada mengakibatkan kebingungan baik bagi peserta didik maupun para pendidik. Pada hakikatnya IPS adalah telaah tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama  dengan sesamanya di lingkungannya sendiri, dengan tetangganya.
      Untuk mengenal masyarakat siswa dapat belajar melalui media cetak, media elektronika maupun secara langsung melalui pengalaman hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya. .
      Dengan berpusat pada pembahasan tentang manusia, IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa manusia dalam hidup bersama dituntut rasa tanggung jawab sosial. Mereka akan menyadari bahwa dalam hidup bersama ini ada kalanya mereka menghadapi berbagai masalah, diantaranya telah disinggung ialah masalah sosial. Dalam konteks ini diantaranya menyangkut tentang orang-orang yang bernasib kurang menguntungkan, karena cacat, karena terpisah dengan keluarga bahkan dalam skala besar, korban perang atau bencana alam. Dalam pembahasan tentang pemenuhan kebutuhan akan tersembul masalah globalisasi perekomian, hal-hal itu akan membawa dorongan kepada siswa terhadap kepekaan sosial.
      Hingga saat ini menurut Dimyati (2001 : 21), bahwa ilmu-ilmu sosial yang diajarkan di sekolah dasar adalah sebagai disiplin dan sistem pemikiran yang mempelajari materi yang berupa peristiwa sosial memiliki ciri-ciri keilmuan tertentu. Ciri-ciri keilmuan cabang-cabang ilmu sosial secara khusus berbeda-beda. Pengajaran ilmu-ilmu sosial sudah tentu harus memperhatikan ciri-ciri khusus cabang-cabang ilmu sosial, bila pengajaran tersebut mengharapkan berhasil, maka harus mempelajari ciri-ciri keilmuan cabang ilmu-ilmu sosial yang umumnya diajarkan di sekolah dasar.
      Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan para siswa dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalkan, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggung jawab terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa dan negara.
      Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan upaya menerapkan teori, konsep, prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengalaman, peristiwa, gejala dan masalahh sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat. Melalui upaya ini, pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melatih ketrampilan para siswa baik ketrampilan fisiknya maupun kemampuan berfikirnya dalam mengkaji dan mencari jalan keluar dari masalah sosial yang dialaminya (Sumaatmadja, N : 2000: 21).
      Menurut Barth and Shermis dalam Sakdiyah (2009 :7) telaah dan hakikat IPS ada tiga (3), diantaranya :
  1. Pewarisan Budaya (Citizenship Transmission) yang menurut mereka bersifat indoktrinatif dalam menyajikan bahan belajar. Kewargaan (citizenship) dalam pengertian ini berarti kemampuan bertindak sebagai warga yang sesuai dengan nilai-nilai dasar yang telah disepakati dan dianggap baik. Mereka mengartikan indoktrinasi adalah semua pengalaman belajar (pendidikan) yang dilaksanakan dalam suasana belajar yang tidak kritis (uncritical learning).
  2. Ilmu Sosial (Social Science Tradition) yang merujuk kepada pengetian bahwa IPS sebenarnya dapat diturunkan dari salah satu ilmu sosial. Jadi sifat IPS dalam tradisi ini reduktif. Sifat-sifat kewargaan dapat diperoleh melalui pemahaman tentang segi metodologis ilmu sosial.
  3. Inkuiri Reflektif (Reflective Inquiry) yang didasarkan kepada pemikiran reflektif dari John Dewey. Dalam anggapan kewargaan tercermin dari kemampuan memecahkan masalah dalam suasana lingkungan yang sarat nilai. Dalam telaah tentang nilai yang dikaji bukan masalah baik atau buruk itu sendiri melainkan tentang cara bagaimana kita menelaah nilai dengan tepat.
      Hingga saat ini mata pelajaran IPS dianggap mata pelajaran yang mudah, sepele yang hanya berupa hafalan-hafalan tentang konsep ilmu-ilmu sosial. Jadi perlu pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para siswa.  Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
      Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru SD, serta pengalaman membimbing Praktik Pengalaman Lapangan bagi calon guru SD selama 3 tahun di wilayah Kecamatan Sukun. Dalam hal ini para guru dan kepala sekolah diberi kebebasan dan keleluasaan untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah dan daerah masing-masing. Bahkan menyusun sendiri kurikulum yang sesuai dengan sekolah dan daerahnya.
      Bagi daerah dan sekolah yang sudah mampu, dapat mengembangkan kurikulum sendiri, sementara bagi yang belum mandiri bisa menggunakan dan memodifikasi perangkat kurikulum yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan atau Pusat Kurikulum (Puskur). Meskipun pada akhirnya sudah dapat diduga bahwa kebanyakan sekolah dan daerah akan menginduk kepada kurikulum yang dikembangkan oleh Depdiknas, karena biasanya tidak mau menanggung resiko. Oleh karena itu, perlu ditekankan disini bahwa BSNP dan Puskur harus memiliki berbagai ahli kurikulum dan ahli bidang studi yang kompeten dalam menyusun kurikulum dan mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD), mereka harus memiliki kompetensi teoritis yang tinggi, dibarengi dengan pengalaman lapangan (tahu kondisi sekolah) secara mumpuni, dan yang paling penting bertanggung jawab baik secara moral maupun spiritual.
      Jika ditelusuri secara nyata, guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Dalam kerangka inilah perlunya perubahan paradigma (pola pikir) guru, agar mereka mampu menjadi fasilitator, dan mitra belajar bagi peserta didiknya.
      Dengan demikian tugas guru, terutama guru SD yang merupakan guru kelas tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus dilatih menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar, terutama mata pelajaran IPS.  Tugas guru yang lain membuat seluruh peserta didik  menjadi senang, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan.

B. Permasalahan Mitra
      Berdasarkan analisis situasi, secara umum permasalahan yang dihadapi guru-guru SD di SD Islam Al Hikmah Gadang Malang adalah :
  1. Para guru belum paham tentang  analisis  SWOT, sehingga dalam menyusun RPP kurang mempemperhatikan indikator keberhasilan proses pembelajaran.
  2. Sebagai guru kelas, mereka kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan SKKD.
      Oleh karena itu sangat perlu diupayakan pemecahan permasalahan yang dihadapi para guru SD tersebut melalui pelatihan dan lokakarya analisis SWOT. .Sehingga permaslahan utamanya adalah : 1) Bagaimana meningkatkan kemampuan guru-guru dalam merancang RPP Mata Pelajaran IPS dengan mempertimbangkan analisis SWOT, 2) Bagaimana meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam mengembangkan SKKD dalam proses pembelajaran melalui analisis SWOT?

C. Tinjauan Pustaka
1. Karakteristik dan Hakikat IPS, adapun yang dikaji dalam IPS menurut Barth and Shermis adalah pengetahuan, pengolahan informasi, telaah nilai dan keyakinan dan peran serta dalam masyarakat. Sedangkan telaah dan hakikat IPS diantaranya pewarisan budaya, ilmu sosial dan inkuiri reflektif.
2.  Pembelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut : mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, ketrampilan dalam kehidupan sosial. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
3.  Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :a. manusia, tempat dan lingkungan, b. waktu, keberlanjutan dan perubahan, c. sistem sosial dan budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
4.   SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Traith)
      Strength, meliputi yuridis formal, sosialisasi, budaya gotong royong dan kemitraan, potensi SDM, organisasi formal dan informal.
      Weakness meliputi kultur birokrasi, produktivitas sekolah masih rendah, pudarnya kepercayaan masyarakat terhadap produktivitas sekolah, lulusan sekolah kurang mampu bersaing, kurangnya sumber belajar, banyaknya bangunan sekolah yang rusak.
      Opportunities meliputi Komite sekolah, BP3, dukungan dunia usaha dan industri, potensi masyarakat yang bisa dikembangkan, adanya organisasi profesi, otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan.
      Traith, meliputi globalisasi, pergeseran paradigma pendidikan, rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap produktivitas sekolah dan perubahan organisasi pengelolaan pendidikan.
5.  Pemanfaatan Hasil Analisis SWOT, diantaranya mengubah pola pikir guru, revitalisasi MGMP, meningkatkan disiplin, membentuk kelompok diskusi terbimbing, meningkatkan layanan perpustakaan, memanfaatkan teknologi informasi  dan mengadakan perubahan di kelas.  
6.  Pengembangan SKKD di sekolah berdasarkan kurikulum yang disempurnakan.
     Keistimewaan KYD adalah bahwa pemerintah memberikan kesempatan kepada daerah dan sekolah, khususnya kepada guru dan kepala sekolah untuk melakukan improvisasi terhadap kurikulum yang akan diterapkannya.




D. Tujuan atau Solusi Yang di Tawarkan
      Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, solusi yang ditawarkan diuraikan secara ringkas berikut ini.
No
Permasalahan
Metode Pendekatan
Solusi yang ditawarkan
Partisipasi Mitra
1
Kemampuan guru dalam merancang RPP Mata Pelajaran IPS dengan analisis SWOT masih kurang
Pelatihan, lokakarya dan pendampingan
Pelatihan dan pendampingan guru dalam merancang RPP Mata Pelajaran IPS berbasis analisis SWOT
Menyediakan perlengkapan alat-alat tulis dan komputer/ laptop
2
Kemampuan dan ketrampilan guru masih kurang dalam mengembangkan SKKD Mata Pelajaran IPS melalui analisis SWOT
Pelatihan, lokakarya dan pendampingan
Pelatihan dan pendappingan guru dalam mengembangkan SKKD Mata Pelajaran IPS berbasis analisis SWOT
Menyediakan perlengkapan alat-alat tulis dan komputer/ laptop

E. Manfaat Kegiatan Pengabdian
Rencana kegiatan atau langkah-langkah solusi persoalan yang ada diuraikan sebagai berikut :
  1. Sinkronisasi materi pelatihan merancang RPP Mata Pelajaran IPS dengan analisis SWOT.
Sinkronisasi materi pelatihan disusun didasarkan atas analisis kebutuhan peserta yang dilaksanakan melalui diskusi dengan melibatkan guru-guru SD Al Hikmah Gadang Malang.
  1. Pelatihan dan pendampingan merancang dan mengembangkan SKKD Mata Pelajaran IPS melalui analisis SWOT.
Peserta atau guru-guru dilatih untuk merancang dan mengembangkan SKKD di sekolah.
  1. Penyusunan materi pelatihan
Materi pelatihan disusun didasarkan atas analisis kebutuhan peserta yang dilaksanakan melalui pelatihan dan lokakarya dengan melibatkan guru-guru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan mereka. Dengan demikian materi pelatihan betul-betul sesuai kebutuhan dan pelatihannya bisa berjalan efektif dan efisien.
  1. Pelatihan Merancang RPP dan Pengembangan SKKD
Setelah guru mampu merancang RPP maka dilanjutkan dengan pengembangan SKKD melalui analisis SWOT.

F. Target Luaran
       Program ini menghasilkan target luaran sebagai berikut.
1.      Tersusunnya modul pelatihan merancang RPP dan pengembangan SKKD mata pelajaran IPS melalui analisis SWOT.
2.      Para guru SD Islam Al Hikmah Gadang Malang mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam merancang RPP dan pengembangan SKKD mata pelajaran IPS melalui analisis SWOT.
3.      Sertifikat pelatihan sebagai bukti keikutsertaan yang dapat dimanfaatkan dalam pengusulan kepangkatan dan sertifikasi.
       Keterampilan yang telah dimiliki oleh guru diharapkan dapat disebarluaskan ke semua guru, khususnya guru-guru SD yang ada di lingkungannya melalui kegiatan MGMP atau kegiatan yang lain, sehingga inovasi dan kreatifitas guru SD Islam Al Hikmah Gadang Malang semakin meningkat.
G. Metode Pendekatan
       Metode pendekatan yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini sebagai berikut.
  1. Pelatihan
  2. Lokakarya dan
  3. Pendampingan
H. Keterkaitan
       Keterkaitan kegiatan pengabdian masyarakat ini antara LPPM Unikama (Pengusul) dengan SD Islam Al Hikmah Gadang Malang sehingga memperoleh manfaat, diantaranya : Sebagai guru kelas materi pelatihan merancang RPP mata pelajaran IPS dengan analisis SWOT sangat membantu perluasan wawancara guru-guru. Dengan analisis swot membuat guru-guru paham tentang pengembangan SKKD.

I.  Rancangan Evaluasi
No
Kriteria
Indikator
Tolok Ukur Keberhasilan
1
Rancangan RPP dengan analisis SWOT sesuai BSNP
RPP Mata Pelajaran IPS
Guru mampu dan bisa merancang RPP mata pelajaran IPS dengan analisis SWOT
2
Pengembangan SKKD dengan analisis SWOT
SK dan KD mata pelajaran IPS Kelas 1 sd. Kelas 6
Guru mampu menjabarkan SK dan KD mata pelajaran IPS dengan analisis SWOT

G.  Jadwal

      Pengabdian masyarakat ini direncanakan dalam waktu 6 bulan, yang terjadwal sebagai berikut :
No
Kegiatan
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
1
Studi Pendahuluan : menganalisis permasalahan dan kebutuhan mitra






2
Perijinan






3
Pelaksanaan : Sinkronisasi materi pelatihan dengan melibatkan mitra






4
  1. Pelatihan merancang RPP Matpel IPS melalui Analisis SWOT.
  2. Pelatihan pengembangan SKKD Matpel IPS melalui
Analisis SWOT






5
Penyusunan Laporan







G. Rencana Anggaran
No
Kegiatan
Biaya (Rp)
1
Survei Lapangan
Rp.   100.000
2
Perijinan
Rp.     50.000
3
Sinkronisasi Materi Pelatihan
Rp.   100.000
4
Finalisasi Penyusunan Materi Pelatihan
Rp.   200.000
5
Ketik dan cetak modul pelatihan (15 exp)
Rp.   100.000
6
Kertas HVS A4 (3 rem)
Rp.   150.000
7
Dokumentasi dan sertifikat
Rp.   100.000
8
Konsumsi
Rp.   750.000
9
Transport Pengusul
Rp.   300.000
10
Transport Peserta
Rp.   600.000
11
Alat-alat Tulis dan Block Note
Rp.     50.000
12
Penyusunan Laporan
Rp.   500.000
Jumlah                                                                               Rp.1.000.000



Strategi Kolaborasi Media Gambar dan Model Pembelajaran Botle Dance Tema Peninggalan Sejarah Siswa Kelas IV SDN Gadang 04 Malang



RINGKASAN PENELITIAN
Keyword : Media gambar, model pembelajaran Botle Dance, motivasi, hasil belajar
      Pendidikan bertujuan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Peningkatan kualitas pendidikan disekolah dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektifitas metode pembelajaran, peningkatan kualitas sarana dan prasarana belajar dan bahan ajar yang memadai. Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa (1) ketika proses pembelajaran berlangsung siswa pasif dan kurang bersemangat untuk mengikuti pel                                                             ajaran (2) siswa lebih senang mengobrol dan ramai dengan temannya daripada mendengarkan penjelasan guru (3) siswa tidak aktif bertanya kepada guru ketika diberi kesempatan untuk bertanya (4) siswa merasa jenuh dan bosan di dalam kelas sehingga membuat siswa asyik mondar mandirdi dalam kelas dan bermain sendiri daripada mengikuti proses pembelajaran dan (5) ketika diberi soal-soal yang berkaitan dengan materi siswa cenderung menyontek jawaban temannya karena belum mengerti materi yang telah dijelaskan guru. Hal ini disebabkan model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak menyenangkan dan monoton.
        Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas IV yang berjumlah 32 orang, menunjukkan bahwa 15 siswa atau 40% yang tidak mencapai ketuntasan minimal (KKM) yaitu nilainya dibawah 70, sedangkan 65% atau 17 siswa mencapai ketuntasan minimal yaitu diatas (>70). Oleh sebab itu perlu adanya upaya perbaikan yang harus dilakukan oleh guru.  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kolaborasi media gambar dan model pembelajaran Botle Dance sebagai tindakan perbaikan pembelajaran materi peninggalan sejarah. Oleh sebab itu penelitian yang dilakukan dikategorikan sebagai penelitian tindakan kelas (PTK).















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Permasalahan
Pendidikan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak ketinggalan dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi dan efesiensi pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan  tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain- lain.
        Peningkatan kualitas pendidikan disekolah dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektifitas metode pembelajaran, peningkatan kualitas sarana dan prasarana belajar dan bahan ajar yang memadai.
Selama ini yang kita lihat proses pembelajaran masih menganut model pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional menganggap guru adalah satu satunya sumber belajar yang dianggap serba tahu dan serba bisa. Hal ini terbukti  bahwa minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS  kurang. Hal ini dapat dilihat  saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan  mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran IPS. Kondisi yang demikian ini diduga akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Jika penerapan metode untuk mata pelajaran IPS hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode utama atau pokok, maka proses belajar akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa monoton. Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa di dalam kelas yang nantinya akan mempengaruhi terhadap hasil belajarnya. Metode ceramah sebagai metode utama bukan berarti tidak cocok digunakan, tetapi penggunaan metode tersebut yang mendominasi menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh dan tidak bisa berperan aktif serta tidak bisa belajar mandiri.
Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan  misi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pemilihan metode yang tepat untuk melaksanakan penerapan pendekatan tersebut. Guna meningkatkan motivasi dan hasil  belajar bagi siswa, penulis tertarik untuk melakukan metode pembelajaran kooperatif model Bottle Dance untuk mendorong guru dan peserta didik melaksanakan pembelajaran yang aktif dan kreatif sehingga dapat  diharapkan tercapainya peningkatan dalam pembelajaran.
Menurut James B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardirman (2005:144) mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Sedangkan tujuan mengajar adalah  membantu siswa untuk menjawab tantangan dengan cara yang efektif.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap SDN Gadang 04  Malang, dalam pelaksanan pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS masih disampaikan dengan metode ceramah sebagai metode yang dominan dari pada metode lain. Selain itu interaksi siswa dalam proses pembelajaran di kelas terlihat masih kurang karena guru kurang melibatkan siswa di dalam proses pembelajaran.   Hal ini di duga akan mempengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa di dalam kelas. Karena materi IPS banyak menghafal dan jika pembelajaran IPS hanya dilakukan dengan metode ceramah maka siswa nantinya akan merasa bosan dan cenderung berpengaruh terhadap hasil belajarnya, adapun media yang digunakan dalam pembelajaran masih kurang.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV mata pelajaran IPS SDN Gadang 04  Malang, diketahui bahwa hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS masih kurang hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa hanya 60% yang nilainya diatas KKM, selain itu motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS ini masih kurang hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung yaitu masih terlihat beberapa siswa yang masih berbicara sendiri dengan temanya saat guru menerangkan pelajaran. Ditemukan bahwa (1) ketika proses pembelajaran berlangsung siswa pasif dan kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran (2) siswa lebih senang mengobrol dan ramai dengan temannya daripada mendengarkan penjelasan guru (3) aiawa tidak aktif bertanya kepada guru ketika diberi kesempatan untuk bertanya (4) siswa merasa jenuh dan bosan di dalam kelas sehingga membuat siswa asyik mondar mandirdi dalam kelas dan bermain sendiri daripada mengikuti proses pembelajaran dan (5) ketika diberi soal-soal yang berkaitan dengan materi siswa cenderung menyontek jawaban temannya karena belum mengerti materi yang telah dijelaskan guru. Hal ini disebabkan model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak menyenangkan dan monoton.
Hal yang tergambar diatas banyak dijumpai disekolah lain yaitu proses pembelajarannya berpusat pada guru, jadi dalam hal ini guru sebagai pusat atau sumber utama dalam pembelajaran. Selain itu dalam pembelajaran  masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional yaitu metode ceramah. Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran kurang efektif karena menyebabkan partisipasi siswa terhadap pelajaran rendah, perhatian dan minat siswa juga akan berkurang yang nantinya akan berdampak terhadap hasil belajar siswa.
Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Oleh karena itu, perlu ditindak lanjuti untuk mengatasi permasalahn tersebut yaitu dengan cara melakukan pembelajaran yang lebih inovatif sehingga nantinya akan menarik minat siswa dalam belajar.
Sesuai dengan permasalahan diatas maka peneliti menawarkan diri untuk menerapkan metode  pembelajaran kooperatif model Bottle Dance. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada keaktifan siswa. Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dimana siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang ini, maka penelitian yang berjudul “Strategi  Kolaborasi Media Gambar dan Model Pembelajaran Botle Dance Tema Peninggalan Sejarah  Siswa Kelas IV SDN Gadang 04  Malang”, dianggap perlu dilakukan.

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.   Bagaimana  proses penggunaaan media gambar dan model  pembelajaran Bottle Dance, dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar  siswa kelas IV SDN Gadang 04  Malang?
2.   Apakah penggunaan media gambar dan model pembelajaran  Botle Dance dapat meningkatkan motivasi belajar siswa materi peninggalan sejarah?
3.   Apakah penggunaan media gambar dan model pembelajaran  Botle Dance dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi peninggalan sejarah?

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.   Kualitas proses model pembelajaran Botle Dance, dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Gadang 04  Malang.
2.   Peningkatan motivasi belajar siswa pada materi peninggalan sejarah.
3.   Peningkatan hasil belajar siswa pada materi peninggalan sejarah.

D.       Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi pembahasan dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian yang digunakan dideskripsikan dalam aspek-aspek berikut  
1.      Lokasi penelitian
      Penelitian ini dilaksanakan di SDN Gadang 04 Malang yang beralamat di jalan Gadang Gang IX No, 121 Malang.
2.      Model Pembelajaran Botle Dance yang dikolaborasikan dengan media gambar. Penggunaan botol bisa berupa botol plastik yang didalamnya telah berisi soal-soal. Dengan  model pembelajaran Botle Dance diharapkan lebih tertarik  dan lebih aktif dalam pembelajaran.
3.      Hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai ulangan harian dan nilai ujian tengah semester. Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung

E.     Target Luaran yang Dihasilkan
Luaran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah publikasi ilmiah dalam jurnal Nasional terakreditasi dan tidak terakreditasi, serta untuk pengembangan buku ajar.




















BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Pembelajaran IPS di SD
1.   Hakikat Pembelajaran IPS
Pengajaran IPS merupakan upaya menerapkan teori konsep prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengetahuan, pengalaman, peristiwa, gejala, dan masalah sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat. Pembelajaran IPS bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan para siswa dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalkan, melainkan untuk membina mental sadar akan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan berkewajiban kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Pengajaran IPS melatih ketrampilan para siswa baik ketrampilan fisiknya maupun kemampuan berpikirnya dalam mengkaji dan mencari jalan keluar dari masalah sosial yang dialami.
Pelajaran IPS adalah salah satu sub bidang studi atau mata pelajaran dari IPS yang telah dilaksanakan sampai saat ini, baik pada pendidikan dasar maupun perguruan tinggi, tidak hanya menekankan pada aspek fakta, konsep, generalisasi, dan teori-teori keilmuannya, melainkan lebih menekankan segi praktis dalam mempelajari atau menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial, yang tentu saja bobotnya sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekolah atau siswa atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain. Dengan demikian siswa yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang yang dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.
2.      Pengertian IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu Pengetahuan Sosial atau biasa disingkat IPS adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan intraksi manusia di masa kini dan masa lalu. Pada dasarnya, ilmu ini berbeda dari seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif. Pada perkembangannya, penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif semakin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

3.      Karakteristik Mata Pelajaran IPS
Pada dasarnya mata pelajaran IPS memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut.
a.       Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001).
b.      Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tertentu.
c.       Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
d.      Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengolahan lingkungan, struktur, proses, dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive, seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.
e.       Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
4.      Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
Adapun tujuan mata pelajaran IPS agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
a.    Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan  kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b.   Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,  inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c.    Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
d.   Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
e.    Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan maslah-masalah sosial.
f.    Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta menggunakan keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

5.      Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial
Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek a) manusia, tempat, dan waktu, b) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, c) sistem sosial dan budaya, d) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

B.        Materi Pembelajaran IPS dalam penelitian
Standar Kompetensi:
1.   Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
Kompetensi Dasar:
1.5     Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya.

1.   Macam-macam peninggalan sejarah
Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sedangkan peninggalan sejarah adalah warisan masa lampau yang mempunyai nilai-nilai sejarah. Peninggalan sejarah ini dapat membantu kita  mengetahuisegala sesuatu yang tejadi pada masa lampau. Contoh benda-benda peninggalan sejarah antara lainsebagai berikut:
a) Fosil adalah sisa tulang hewan, manusia dan tumbuhan yang telah membatu. Contoh fosil yang ditemukan seperti fosil dari Solo.
        Gambar 5.1    Tengkorak manusia purba yang ditemukan di Solo

b)      Peralatan dari zaman dulu, biasanya dipakai untuk berburu, menangkap ikan, dan bertani.
Gambar 5.2     Peralatan dari tulang yang ditemukan di Ngandong.


c)      Prasasti adalah peninggalan sejarah berupa batu tertulis. Peningalan sejarah yang berupa prasasti antara lain:
1.   Prasasti Yupa (peninggalan kerajaan Kutai).
2.   Prasasti Ciareteun, Muara Cianten, Kebon Kopi, Pasir Awi, Jambu, Lebak (peninggalan kerajaan Taruma Negara).
3.   Prasasti Kedung Bukit, Talang Tuo, Karang Berahi, Karang Kapur, dan Prasasti Telaga Batu (peninggalan kerajaan Sriwijaya).
4.   Prasasti Hatang dan Talan (peninggalan kerajaan Kediri).
5.   Prasasti Kedu, Canggal, Balitung (peninggalan kerajaan Mataram Hindu).

Gambar 5.3     Prasasti Ciareuteun yang ditemukan di Jawa Barat.
d)     Candi adalah bangunan kuno yang terbuat dari batu. Candi digunakan sebagai tempat pemujaan, ibadah, atau makam raja. Peninggalan sejarah berupa candi antara lain:
a.    Candi Borobudur, Candi Kalasan (peninggalan kerajaan Mataram Buddha).
b.   Candi Prambanan dan Candi Gedong Songo (peninggalan kerajaan Mataram hindu).
c.    Candi Singasari dan Candi Jago (peninggalan kerajaan Singasari).
d.   Candi Sukuh dan Candi Tikus (peninggalan kerajaan Majapahit).
Gambar 5.7    Candi Borobudur

e)      Patung/arca
Patung (arca) terbuat dari batu, perunggu, atau emas. Peninggalan sejarah berupa patung (arca) antara lain: arca Budha Amarawati di Sulsel, arca Roro Jonggrang di Candi Prambanan.
Gambar 5.4     Patung Kertarajasa Jayawardana (Raden Wijaya) raja Majapahit I
f)       Istana
Istana atau keraton adalah tempat tinggal raja atau pemimpin Negara. Peninggalan sejarah yang berupa istana atau keratin antara lain: keraton Kesunanan Surakarta Hadiningrat, keratin Yogyakarta, Kesepuhan, Maemun, Negara dan istana Bogor.
Gambar  5.2    Istana Bogor
g)      Tugu atau Monumen
Monumen adalah bangunan yang didirikan untuk memperingati suatu peristiwa bersejarah atau untuk mengenang jasa seorang tokoh kepada Negara. Contoh: monument Nasional, Tugu Muda, Proklamasi dan Palaga Ambarawa.
Gambar 5.1    Monumen Nasional
h)     Makam
Makam yang merupakan peninggalan sejarah antara lain makam Fatimah Binti Maimun (gresik), makam Sultan Malik Al Saleh dan Maulana Malik Ibrahim.
Gambar 5.5     Makam Presiden RI Pertama di Blitar, Jawa Timur

i)        Tempat Ibadah
Di Indonesia banyak sekali terdapat tempat ibadah antara lain masjid, gereja, dan pura. Tempat ibadah yang bernilai ratusan tahun seperti, masjid Agung Demak, gereja Katedral Jakarta dan pura Besakih (Bali).
j)       Benteng
Benteng merupakan bangunan yang sengaja dibuat untuk keamanan dan pertahanan pada waktu penjajahan. Peninggalan sejarah berupa benteng antara lain: benteng fort de kock, pendem dan benteng Somba Opu (Sulawesi Selatan).
Gambar 5.6    Benteng Marlborough di Bengkulu.

2.      Menghargai Peninggalan Sejarah
a)      Merawat dan menjaga benda-benda peninggalan sejarah
Di Indonesia terdapat banyak benda peninggalan sejarah.benda tersebut harus dijaga dan dirawat dengan baik. Cara menjaga dan merawat benda peninggalan sejarah antara lain bisa dilakukan dengan cara:
1)      Membangun museum untuk menyimpan benda-benda peninggalan sejarah.
2)      Menjaga dan merawat daerah cagar budaya. Di daerah cagar budaya biasanya terdapat banyak benda peninggalan sejarah, seperti arca atau patung, peralatan zaman dahulu yang biasa digunakan untuk berkebun, berburu, dan menangkap ikan  yang bisanya terbuat dari batu atau tulang.
3)      Turut menjaga agar benda-benda peninggalan sejarah tidak dirusak. Benda-benda peninggalan sejarah harus diamankan dari tangan-tangan jahil atau dari tangan pencuri.
b)     Mengunjungi tempat-tempat peninggalan sejarah
Tempat peninggalan sejarah yang bisa dikunjungi antara lain makam pahlawan Bung Karno yang terletak di Blitar, candi Borobudur terletak di kota Magelang Jawa Tengah,  museum dan istana Bogor yang terletak di Bogor.
c)Menggunakan benda peninggalan sejarah secara benar
Benda peninggalan sejarah adalah kekayaan negara. Kita harus menggunakan secara benar. Benda-benda itu boleh digunakan untuk keperluan penelitian.Benda-benda peninggalan sejarah juga boleh dikunjungi. Benda-benda peninggalan sejarah bukan milik pribadi. Kita tidak memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya, kita tidak boleh memperjualbelikan benda-benda peninggalan sejarah.

3.      Manfaat menjaga kelestarian peninggalan sejarah di Indonesia
Adapun manfaat dalam menjaga kelestarian peninggalan sejarah di Indonesia antara lain sebagai berikut:
a)  Melihat secara langsung bukti-bukti kehidupan masa lampau.
b)  Dapat mempelajari sejarah Indonesia.
c)  Menambah wawasan dan pengetahuan.
d)  Mempertebal rasa kebangsaan.

C.    Pembelajaran Kooperatif
1.   Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1995:5) (dalam Asma, 2006:11), mendefinisikan bahwa belajar kooperatif adalah sebagai berikut “Cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for their teammates learning as well as their own”. Definisi ini mengandung pengertian bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secra individu maupun kelompok.
2.      Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a)      Pencapaian hasil belajar
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membentuk siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan normal yang berhubungan dengan hasil belajar.
b)     Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain.
c)      Pengembangan ketrampilan sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi. Ketrampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat, meskipun beragam budayanya. Sementara itu banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam ketrampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering terjadi suatu pertikaian kecil antar individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan. Selain unggul dalam membantu siswa dalam memahami soal yang sulit, model ini juga membantu menumbuhkan rasa kerjasama.

3.      Prinsip pembelajaran kooperatif
Dalam pelaksanaanya pembelajaran kooperatif setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut. Lima prinsip yang perlu dianut tersebut antara lain sebagai berikut:
a)      Belajar siswa aktif
b)      Belajar kerjasama
c)      Pembelajaran partisipatorik
d)     Reactive teaching
e)      Pembelajaran yang menyenangkan
4.        Pengertian Model Pembelajaran Bottle Dance
Bottle Dance (Botol Berjoget) merupakan metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Pada saat pemimpin rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya.
Bottle Dance termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Bottle Dance sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih mental anak berbicara didepan umum, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan bisa membuat siswa lebih aktif.
Menurut Suherman (2006:84) sintaks pembelajaran Bottle Dance adalah sebagai berikut:
(1) Guru menyiapkan botol, (2) Guru menyiapkan materi yang akan dipelajari, kemudian memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajarimateri, (3) Setelah siswa selesai mempelajari materi, siswa diminta untuk menutup bukunya kembali, (4) Guru mengambil tongkat kemudian memberikannya kepada salah satu siswa, bagi siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan. Demikian seterusnya sampai sebagian basar siswa mendapat giliran menjawab pertanyaan dari guru, (5) Guru memberikan kesimpulan, (6) Evaluasi, (7) Penutup.
Model pembelajaran Botle Dance mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan dari model Botle Dance tersebut antara lain sebagai berikut:
Kelebihan model pembelajaran Botle Dance adalah sebagai berikut:
1.   Siswa dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuaka dan demokratis. Siswa bukan lagi menjadi objek pembelajaran namun bisa juga berperan sebagi tutor bagi temannya.
2.   Menguji kesiapan siswa.
3.   Melatih siswa memahami materi dengan cepat
4.   Siswa lebih giat belajar (belajar terlebih dahulu sebelum kegiatan pembelajaran).
5.   Mudah diterapkan dan tidak mahal.

         Kelemahan  atau kekurangan model pembelajaran Botle Dance adalah sebagai berikut:
1.   Membuat siswa senam jantung
2.   Membuat siswa tegang.
3.   Membuat siswa merasa takut mendapat pertanyaan dari guru.
4.   Kesempatan untuk menjawab pertanyaan sedikit karena yang dapat menjawab pertanyaan hanya siswa yang dapat botol dari guru.


D.    Media Gambar
      Media gambar adalah benda visual dua dimensi yang merupakan gambaran dari macam-macam obyek dan peristiwa, yang termasuk dalam kelompok ini antara lain.
1.    Peta.
2.    Gambar Diam.
3.    Foto.
4.    Kelebihan dan Kelemahan dari media gambar.
E.     Pengertian Motivasi Belajar
1.   Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu tujuan atau perangsang. Menurut S. Nasution, motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan. Dengan demikian motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang dapat menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu.
 Motivasi adalah sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu:
a.       Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem ”neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.
b.      Motivasi ditandai dengan munculnya rasa ”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c.       Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

2.         Macam-macam Motivasi
Dilihat dari berbagai sudut pandang, para ahli psikologi berusaha untuk menggolongkan motif-motif yang ada pada manusia atau suatu organisme kedalam golongan menurut pendapatnya masing-masing.
Diantarnya menurut Woodworth dan Marquis yang dikutip oleh Sardiman, (2005:88), motif itu ada tiga golongan yaitu:
a)      Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam diri tubuh seperti: lapar, haus, kebutuhan bergerak, beristirahat atau tidur, dan lain sebgainya.
b)      Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives) inilah motif yang timbul bukan karena kemauan individu tetapi karena ada rangsangan dari luar, contoh: motif melarikan diri dari bahaya, motif berusaha mengatasi suatu rintangan.
c)      Motif obyektif yitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek atau tujuan tertentu disekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita.
Andren N. Frandsen yang dikutip oleh Sardiman, (2005:86), mengemukakan jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu: motif bawaan, (motive psichological drives) dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan seperti belajar Bahasa Inggris, kimia, biologi, kedokteran dan lain sebagainya.
Selanjutnya Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan yaitu, sebagai berikut:
a)      Psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniah seperti lapar, haus, lelah, pusing, dan sebagainya.
b)      Sosial Motives adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti: dorongan selalu ingin berbuat baik (etika) dan sebagainya.
Adapun bentuk motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a.       Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Atau dengan kata lain, motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya: memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya.
Faktor- faktor yang menimbulkan motivasi instrinsik adalah:
1)   Adanya kebutuhan, 2) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri, 3) Adanya cita-cita atau aspirasi.
b.   Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya: siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya.

3.         Cara Memotivasi
Bagi siswa yang selalu memeperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri siswa tersebut atau bisa disebut dengan motivasi instrinsik. Siswa yang seperti ini biasanya dengan kesdaran sendiri memperhatiakan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan disekitarnya, kurang dapat mempengaruhi agar memecahkan perhatiannya.
Berbeda halnya dengan siswa yang tidak ada motivasi di luar dirinya mutlak diperlukan. Disini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Menurut Sardiman  (2000) ada beberapa strategi yang biasa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
a.          Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta didik.
b.         Saingan/kompetisi
c.          Pujian
d.         Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
e.          Hukuman
4.    Indikator Motivasi
        Dalam Sardiman (2005:83), disebutkan bahwa motivasi  yang ada pada diri siswa, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Tekun menghadapi tugas, b) Ulet menghadapi kesulitan, c) Menunjukkan minat terhadapa bermacam-macam masalah, d) Lebih senang bekerja mandiri, e) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin, f) Dapat mempertahankan pendapatnya, g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
        Apabila seorang siswa memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti siswa itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, apabila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitis dan mekanis. Siswa harus dapat mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal ini semua harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal. 

F.     Pengertian hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999). Hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai kemampuan siswa. 
Hasil belajar adalah pola-pola, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apersepsi dan ketrampilan. Menurut Gagne (dalam Agus Suprijono, 2009:5) hasil belajar itu berupa:
1.      Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2.      Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang, ketrampilan ini terdiri dari kemampuan mengorganisasikan, kemampuan analisis sintetis faktor konsep dan mengembangkan prinsip keilmuan.
3.      Strategi kognitif adalah kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitinya sendiri.
4.      Ketrampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5.      Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.











BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
1.   Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang dinyatakan dalam bentuk verbal dan di analisis tanpa menggunakan statistik. Bodgan dan Tailor (1975:5) (dalam Moleong, 2000:32) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

2.   Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki suatu keadaan pembelajaran di kelas dengan melakukan tindakan-tindakan. Upaya perbaikan yang dilakukan dengan melaksanakan tindakan yang berupa penggunaan media gambar dan model  pembelajaran Bottle Dance dengan dimaksudkan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan guru sehari-hari dimana dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan aktifitas belajar dan kemandirian belajar khususnya terhadap materi peninggalan sejarah.
Penelitian ini dilakukan dalam konteks kelas yang bertujuan memperbaiki praktek pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan ketrampilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian tindakan ini, penulis terlibat langsung mulai dari awal sampai berakhirnya proses penelitian. Penelitian tindakan ini dilakukan mengikuti proses pengkajian yang terdiri dari empat tahap, yaitu:
a.       Merencanakan
Rencana tindakan dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas) disususn berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan. Perencanaan tindakan dalam penelitian ini meliputi penyusunan skenario pembelajaran.
b.      Melaksanakan
Pelaksanaan tindakan penelitian dalam penelitian ini meliputi pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun.
c.       Mengamati
Kegiatan pengamatan terkait dengan pengamatan data dan dilakukan saat pelaksanaan tindakan berlangsung.
d.      Merefleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan tindakan dan untuk mengetahui keunggulan pembelajaran  pada materi “Peninggalan Sejarah” dengan menggunakan kolaborasi penggunaan media gambar dan model pembelajaran   Botle Dance.
B.     Data dan sumber data
1.      Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari
a)      Hasil jawaban lembar tugas siswa
b)      Observasi
c)      Angket respon siswa dalam proses pembelajaran
d)     Wawancara
e)      Validasi




2.      Proses pengumpulan data
Data
Prosedur Pengumpulan Data
Hasil jawaban lembar tugas siswa
Lembar tugas yang diberikan ada 2 macam: 1. Tugas individu dan 2. Tugas kelompok
Angket respon siswa dalam proses pembelajaran
1.      Keaktifan
2.      Kerjasama
3.      Solidaritas
Observasi
Data observasi dibuat untuk memperoleh data autentik di lapangan
1.      Proses pembelajaran
2.      Media yang dipakai
3.      Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data:
1.      Kendala-kendala yang dihadapi guru
2.      Kendala-kendala yang dihadapi siswa
Validasi
Kevalidan lembar kerja yang peneliti buat dengan meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengoreksi lembar kerja yang kami buat.

C.    Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1.      Mereduksi data
Kegiatan yang dilakukan dalam mereduksi data adalah menyeleksi informasi, memfokuskan dan menyederhanakan semua data mentah yang telah diperoleh selama penelitian. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh informasi yang jelas dari data tersebut sehingga peneliti dapat membuat kesimpulan data yang dapat dipertanggung jawabkan. Analisis data yang digunakan selama proses belajar mengajar berlangsung adalah sebagai berikut:


a.      Analisis data aktivitas guru
Analisis ini dilakukan melalui analisis hasil observasi aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran  Bottle Dance berlangsung. Analisis data menggunakan skor. Penentuan skor dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Nilai persentase =  (Sumber: penelitian lapangan, 2010)
(1) skor 1 menandai tidak sesuai, tidak tepat. (2) skor 2 menandai kurang sesuai, kurang tepat. (3) skor 3 menandai cukup sesuai, cukup tepat. (4) skor 4 menandai sangat sesuai, tepat.
Tabel 3.1   Kriteria skor penilaian aktivitas guru
Presentasi (%)
Kualifikasi ketercapaian
75 – 100
Baik
50 – 75
Cukup baik
25 – 50
Kurang
0 – 25
Sangat Kurang

b.      Analisis data aktivitas siswa
Analisis ini dilakukan melalui analisis hasil observasi aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran  Bottle Dance berlangsung. Analisis data menggunakan skor. Penentuan skor dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Nilai persentase =  ( Sumber: penelitian lapangan, 2010).
(1) skor 1 menandai tidak sesuai,tidak tepat. (2) skor 2 menandai kurang sesuai, kurang tepat. (3) skor 3 menandai cukup sesuai, cukup tepat. (4) skor 4 menandai sangat sesuai, tepat.
Tabel 3.2   Kriteria skor penilaian aktivitas siswa
Presentasi (%)
Kualifikasi ketercapaian
75 - 100
Baik
50 – 75
Sedang
25 - 50
Kurang
0 – 25
Sangat Kurang

c.       Analisis data motivasi belajar
Data motivasi belajar yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara statistik deskriptif dengan teknik presentasi (%) dengan menggunakan rumus yang selanjutnya dikualifikasikan menggunakan kriteria yang disajikan.
P = x 100 %
Keterangan:
P = Presentasi indikator motivasi belajar siswa
            F = Jumlah nilai indikator motivasi belajar siswa
N = Jumlah nilai motivasi ideal
Hasil perhitungan akan dikualifikasi menggunakan kriteria motivasi belajar siswa yang disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3.3   Kriteria Motivasi belajar siswa
Presentasi (%)
Kualifikasi ketercapaian motivasi
92 – 100
Sangat baik
75 – 91
Baik
50 – 74
Cukup baik
25 – 49
Kurang baik
0 -24
Tidak baik
(Dimodivikasi dari arikunto 2000 yang dikutip dari Richardus Suryanto 2010)
Tabel 3.4  Kriteria skor  penilaian  Instrument  Motivasi
Kategori
Bobot skor
Sangat sesuai dan tepat
4
Cukup sesuai dan cukup tepat
3
Kurang sesuai dan kurang tepat
2
Tidak sesuai dan tidak tepat
1

d.      Analisis Data Hasil belajar
Kriteria ketuntasan minimum hasil belajar ditentukan dengan cara melihat adanya peningkatan presentase siswa yang tuntas belajar dalam siklus I lebih dari presentase siswa yang tuntas pada data awal sehingga melanjutkan pada siklus II dan jika pada siklus I presentasi siswa yang tuntas belajar kurang dari presentasi siswa yang tuntas pada data awal maka perbaikan lagi pada siklus I. Siswa dikatakan tuntas belajar jika mendapat skor ≥ 70 dan memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ≥ 70%.
Perhitungan persentase siswa yang tuntas belajar adalah sebagai berikut :
x 100%
Keterangan : 
P =  persentase siswa yang tuntas
n =  banyaknya siswa dengan nilai minimal 70
N = banyaknya seluruh siswa satu kelas

e.       Keterlaksanaan Skenario Pembelajaran
Keterlaksanaan skenario pembelajaran dianalisis dengan perhitungan  nilai sebagai berikut: 
Taraf kemampuan       =
Tabel  3.5   Kriteria skor  pencapaian skenario pembelajaran
Kategori
Bobot skor
Persentase
Nilai
Baik sekali
4
 85 %
A
Baik
3
70-85%
B
Cukup
2
55-70%
C
Kurang
1
 55 %
D

2.      Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan informasi, informasi ini maksudnya adalah uraian dari proses kegiatan pembelajaran  yang telah diperoleh, kemudian data yang diperoleh dibandingkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Selanjutnya data yang telah dibandingkan dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan tindakan selanjutnya. Hasil penafsiran dan evaluasi ini dapat berupa penjelasan mengenai: (1) perbedaan antara rancangan dan pelaksanaan tindakan, (2) perlu adanya perubahan tindakan atau tidak, (3) alternatif tindakan yang dianggap tepat, (4) persepsi penelitian dan teman sejawat yang terlibat langsung dalam pengambilan tindakan dan pencatatan lapangan terhadap tindakan yang telah dilakukan, (5) kendala yang dihadapi serta sebab-sebab kendala itu muncul dan sebagainya.
3.      Penarikan kesimpulan
Menarik kesimpulan adalah adalah kegiatan memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi, kesimpulan tersebut diverifikasi selama penelitian berlangsung. Sedangkan meverifikasi adalah kegiatan menguji kebenaran yang telah disimpulkan.

D.    Tahap-tahap Pelaksanaan Tindakan
Prosedur pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Arikunto berdasarkan atas konsep pokok bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari 4 komponen pokok dengan hubungan keempat komponen pokok tersebut menunjukkan siklus yang dapat digambarkan dalam bentuk visualisasi sebagai berikut.
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Refleksi

Pelaksanaan

Laporan
Pengamatan
 











Gambar 3.1   Tahap-tahap penelitian (Sumber: Arikunto, 2006:17)





BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
A.    Anggaran Biaya
No
Jenis Pengeluaran
Biaya yang diusulkan
1
Gaji dan upah (25%)
Rp. 2.500.000,00
2
Bahan habis pakai dan peralatan (50%)
Rp. 5.000.000,00
3
Perjalanan (12%)
Rp. 1.200.000,00
4
Publikasi, seminar, laporan, penggandaan bahan seminar (13%)
Rp. 1.300.000,00

Jumlah Dana
Rp.10.000.000,00

B.     Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam waktu 6 bulan, yang terjadwal sebagai berikut :
Bulan ke
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agt
Pretes materi prasyarat untuk menentukan subjek penelitian
x





Penentuan subjek penelitian berdasarkan pretes

x




Penyusunan bahan-bahan penelitian (RPP, LKS, format observasi, wawancara,tes)


x



Pengambilan data



x


Penyusunan laporan hasil penelitian




x

Seminar hasil penelitian





x