RINGKASAN
PENELITIAN
Keyword : Media gambar, model pembelajaran Botle Dance, motivasi, hasil belajar
Pendidikan bertujuan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya. Peningkatan kualitas pendidikan disekolah
dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: peningkatan kurikulum,
peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektifitas
metode pembelajaran, peningkatan kualitas sarana dan prasarana belajar dan
bahan ajar yang memadai. Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa (1) ketika
proses pembelajaran berlangsung siswa pasif dan kurang bersemangat untuk
mengikuti pel
ajaran (2) siswa lebih senang mengobrol dan ramai dengan
temannya daripada mendengarkan penjelasan guru (3) siswa tidak aktif bertanya
kepada guru ketika diberi kesempatan untuk bertanya (4) siswa merasa jenuh dan
bosan di dalam kelas sehingga membuat siswa asyik mondar mandirdi dalam kelas
dan bermain sendiri daripada mengikuti proses pembelajaran dan (5) ketika
diberi soal-soal yang berkaitan dengan materi siswa cenderung menyontek jawaban
temannya karena belum mengerti materi yang telah dijelaskan guru. Hal ini
disebabkan model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak menyenangkan dan
monoton.
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa
kelas IV yang berjumlah 32 orang, menunjukkan bahwa 15 siswa atau 40% yang
tidak mencapai ketuntasan minimal (KKM) yaitu nilainya dibawah 70, sedangkan
65% atau 17 siswa mencapai ketuntasan minimal yaitu diatas (>70). Oleh sebab itu perlu adanya upaya perbaikan yang harus
dilakukan oleh guru. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan kolaborasi media gambar dan model pembelajaran Botle Dance sebagai tindakan perbaikan
pembelajaran materi peninggalan sejarah. Oleh sebab itu penelitian yang
dilakukan dikategorikan sebagai penelitian tindakan kelas (PTK).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan
Pendidikan
merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan
taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak ketinggalan dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan,
serta relevansi dan efesiensi pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan
lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara
terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan
yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya
pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain- lain.
Peningkatan kualitas
pendidikan disekolah dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain:
peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas
pembelajaran, efektifitas metode pembelajaran, peningkatan kualitas sarana dan
prasarana belajar dan bahan ajar yang memadai.
Selama ini yang kita lihat proses pembelajaran masih
menganut model pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang
berpusat pada guru dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran
konvensional menganggap guru adalah satu satunya sumber belajar yang dianggap
serba tahu dan serba bisa. Hal ini terbukti
bahwa minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS kurang. Hal ini dapat dilihat saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol
sendiri dan kelihatan mereka merasa
bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran IPS.
Kondisi yang demikian ini diduga akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Jika penerapan metode untuk mata pelajaran IPS hanya
menggunakan metode ceramah sebagai metode utama atau pokok, maka proses belajar
akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa monoton. Kondisi ini diduga
akan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa di dalam kelas yang nantinya
akan mempengaruhi terhadap hasil belajarnya. Metode ceramah sebagai metode
utama bukan berarti tidak cocok digunakan, tetapi penggunaan metode tersebut
yang mendominasi menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh dan tidak bisa berperan
aktif serta tidak bisa belajar mandiri.
Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan misi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan pemilihan metode yang tepat untuk melaksanakan penerapan pendekatan
tersebut. Guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar bagi siswa, penulis tertarik untuk
melakukan metode pembelajaran kooperatif model Bottle Dance untuk mendorong guru dan peserta didik melaksanakan
pembelajaran yang aktif dan kreatif sehingga dapat diharapkan tercapainya peningkatan dalam
pembelajaran.
Menurut James B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardirman
(2005:144) mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Sedangkan tujuan
mengajar adalah membantu siswa untuk
menjawab tantangan dengan cara yang efektif.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap SDN Gadang
04 Malang, dalam pelaksanan pembelajaran
khususnya mata pelajaran IPS masih disampaikan dengan metode ceramah sebagai
metode yang dominan dari pada metode lain. Selain itu interaksi siswa dalam
proses pembelajaran di kelas terlihat masih kurang karena guru kurang melibatkan
siswa di dalam proses pembelajaran. Hal ini di duga akan mempengaruhi motivasi dan
hasil belajar siswa di dalam kelas. Karena materi IPS banyak menghafal dan jika
pembelajaran IPS hanya dilakukan dengan metode ceramah maka siswa nantinya akan
merasa bosan dan cenderung berpengaruh terhadap hasil belajarnya, adapun media
yang digunakan dalam pembelajaran masih kurang.
Dari
hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV
mata pelajaran IPS SDN Gadang 04 Malang,
diketahui bahwa hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa terhadap mata
pelajaran IPS masih kurang hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian
siswa hanya 60% yang nilainya diatas KKM, selain itu motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran IPS ini masih kurang hal ini dapat dilihat dari
aktivitas siswa di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung yaitu masih
terlihat beberapa siswa yang masih berbicara sendiri dengan temanya saat guru
menerangkan pelajaran. Ditemukan
bahwa (1) ketika proses pembelajaran berlangsung siswa pasif dan kurang
bersemangat untuk mengikuti pelajaran (2) siswa lebih senang mengobrol dan
ramai dengan temannya daripada mendengarkan penjelasan guru (3) aiawa tidak
aktif bertanya kepada guru ketika diberi kesempatan untuk bertanya (4) siswa
merasa jenuh dan bosan di dalam kelas sehingga membuat siswa asyik mondar
mandirdi dalam kelas dan bermain sendiri daripada mengikuti proses pembelajaran
dan (5) ketika diberi soal-soal yang berkaitan dengan materi siswa cenderung
menyontek jawaban temannya karena belum mengerti materi yang telah dijelaskan
guru. Hal ini disebabkan model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak
menyenangkan dan monoton.
Hal yang tergambar diatas banyak dijumpai disekolah lain
yaitu proses pembelajarannya berpusat pada guru, jadi dalam hal ini guru
sebagai pusat atau sumber utama dalam pembelajaran. Selain itu dalam pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran yang
konvensional yaitu metode ceramah. Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran
kurang efektif karena menyebabkan partisipasi siswa terhadap pelajaran rendah,
perhatian dan minat siswa juga akan berkurang yang nantinya akan berdampak
terhadap hasil belajar siswa.
Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu
adanya solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Oleh karena itu, perlu
ditindak lanjuti untuk mengatasi permasalahn tersebut yaitu dengan cara
melakukan pembelajaran yang lebih inovatif sehingga nantinya akan menarik minat
siswa dalam belajar.
Sesuai dengan permasalahan diatas maka peneliti menawarkan
diri untuk menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model Bottle Dance. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada keaktifan siswa. Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat
menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dimana siswa
dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang ini, maka penelitian yang
berjudul “Strategi Kolaborasi Media Gambar dan Model Pembelajaran
Botle Dance Tema Peninggalan Sejarah Siswa Kelas IV SDN Gadang 04 Malang”, dianggap perlu dilakukan.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses penggunaaan media gambar dan model
pembelajaran Bottle Dance, dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa kelas IV SDN Gadang 04 Malang?
2.
Apakah penggunaan media gambar dan model pembelajaran Botle Dance dapat meningkatkan motivasi belajar siswa materi peninggalan sejarah?
3.
Apakah penggunaan media gambar dan model pembelajaran Botle Dance dapat meningkatkan hasil belajar
siswa materi
peninggalan sejarah?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui :
1.
Kualitas proses model pembelajaran Botle Dance, dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Gadang 04 Malang.
2.
Peningkatan motivasi belajar siswa pada materi peninggalan sejarah.
3.
Peningkatan hasil belajar siswa pada materi peninggalan sejarah.
D.
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi pembahasan dalam
penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian yang digunakan dideskripsikan
dalam aspek-aspek berikut
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Gadang 04 Malang yang beralamat di jalan
Gadang Gang IX No, 121 Malang.
2.
Model Pembelajaran Botle
Dance yang dikolaborasikan dengan media gambar. Penggunaan botol bisa
berupa botol plastik yang didalamnya telah berisi soal-soal. Dengan model pembelajaran Botle Dance diharapkan lebih tertarik dan lebih aktif dalam pembelajaran.
3.
Hasil
belajar siswa dapat dilihat dari nilai ulangan harian dan nilai ujian tengah
semester. Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa
di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung
E.
Target Luaran yang Dihasilkan
Luaran yang dihasilkan dari penelitian
ini adalah publikasi ilmiah dalam jurnal Nasional terakreditasi dan tidak
terakreditasi, serta untuk pengembangan buku ajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pembelajaran
IPS di SD
1.
Hakikat
Pembelajaran IPS
Pengajaran
IPS merupakan upaya menerapkan teori konsep prinsip ilmu sosial untuk menelaah
pengetahuan, pengalaman, peristiwa, gejala, dan masalah sosial yang secara
nyata terjadi di masyarakat. Pembelajaran IPS bukan bertujuan untuk memenuhi
ingatan para siswa dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalkan,
melainkan untuk membina mental sadar akan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri
dan berkewajiban kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Pengajaran IPS melatih
ketrampilan para siswa baik ketrampilan fisiknya maupun kemampuan berpikirnya
dalam mengkaji dan mencari jalan keluar dari masalah sosial yang dialami.
Pelajaran
IPS adalah salah satu sub bidang studi atau mata pelajaran dari IPS yang telah
dilaksanakan sampai saat ini, baik pada pendidikan dasar maupun perguruan
tinggi, tidak hanya menekankan pada aspek fakta, konsep, generalisasi, dan
teori-teori keilmuannya, melainkan lebih menekankan segi praktis dalam
mempelajari atau menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial, yang tentu saja bobotnya
sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam
IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekolah
atau siswa atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain.
Dengan demikian siswa yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang yang
dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.
2.
Pengertian
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan
dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu Pengetahuan Sosial atau biasa
disingkat IPS adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penelitian
dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan intraksi
manusia di masa kini dan masa lalu. Pada dasarnya, ilmu ini berbeda dari seni
dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia,
termasuk penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif. Pada perkembangannya,
penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif semakin banyak diintegrasikan
dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik
diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan
datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan
masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata
pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS
disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran
menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan
pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang
lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
3.
Karakteristik Mata Pelajaran IPS
Pada dasarnya mata
pelajaran IPS memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut.
a.
Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan
dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik,
kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama
(Numan Soemantri, 2001).
b.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS
berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang
dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tertentu.
c.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS
juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner.
d.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat
menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab
akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengolahan lingkungan, struktur, proses, dan
masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive, seperti
pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.
e.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS
menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta
kehidupan manusia secara keseluruhan.
4.
Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
Adapun tujuan mata
pelajaran IPS agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep
yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan
dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan
memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
d. Memiliki
kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya melalui
pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
e. Mengetahui dan
memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari
ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan maslah-masalah
sosial.
f. Mampu
menggunakan model-model dan proses berpikir serta menggunakan keputusan untuk
menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
5. Ruang
Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial
Adapun ruang lingkup mata pelajaran
IPS di SD meliputi aspek-aspek a) manusia, tempat, dan waktu, b) waktu,
keberlanjutan, dan perubahan, c) sistem sosial dan budaya, d) perilaku ekonomi
dan kesejahteraan.
B.
Materi
Pembelajaran IPS dalam penelitian
Standar
Kompetensi:
1.
Memahami sejarah, kenampakan alam, dan
keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
Kompetensi Dasar:
1.5 Menghargai berbagai
peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan
menjaga kelestariannya.
1. Macam-macam peninggalan sejarah
Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa
lampau. Sedangkan peninggalan sejarah adalah warisan masa lampau yang mempunyai
nilai-nilai sejarah. Peninggalan sejarah ini dapat membantu kita mengetahuisegala sesuatu yang tejadi pada
masa lampau. Contoh benda-benda peninggalan sejarah antara lainsebagai berikut:
a) Fosil adalah sisa tulang hewan, manusia
dan tumbuhan yang telah membatu. Contoh fosil yang
ditemukan seperti fosil dari Solo.
Gambar 5.1
Tengkorak manusia purba yang ditemukan di Solo
b)
Peralatan dari zaman dulu, biasanya dipakai untuk berburu, menangkap ikan, dan
bertani.
Gambar 5.2 Peralatan dari tulang yang ditemukan di
Ngandong.
c)
Prasasti adalah peninggalan sejarah berupa batu tertulis. Peningalan sejarah
yang berupa prasasti antara lain:
1.
Prasasti Yupa (peninggalan kerajaan
Kutai).
2. Prasasti Ciareteun, Muara Cianten, Kebon Kopi, Pasir
Awi, Jambu, Lebak (peninggalan kerajaan Taruma Negara).
3. Prasasti Kedung Bukit, Talang Tuo, Karang Berahi,
Karang Kapur, dan Prasasti Telaga Batu (peninggalan kerajaan Sriwijaya).
4.
Prasasti Hatang dan Talan (peninggalan
kerajaan Kediri).
5.
Prasasti Kedu, Canggal, Balitung
(peninggalan kerajaan Mataram Hindu).
Gambar 5.3 Prasasti Ciareuteun yang ditemukan di Jawa
Barat.
d) Candi adalah bangunan kuno yang terbuat dari batu. Candi
digunakan sebagai tempat pemujaan, ibadah, atau makam raja. Peninggalan
sejarah berupa candi antara lain:
a. Candi
Borobudur, Candi Kalasan (peninggalan kerajaan Mataram Buddha).
b. Candi
Prambanan dan Candi Gedong Songo (peninggalan kerajaan Mataram hindu).
c.
Candi
Singasari dan Candi Jago (peninggalan kerajaan Singasari).
d. Candi
Sukuh dan Candi Tikus (peninggalan kerajaan Majapahit).
Gambar 5.7 Candi Borobudur
e)
Patung/arca
Patung
(arca) terbuat dari batu, perunggu, atau emas. Peninggalan sejarah berupa
patung (arca) antara lain: arca Budha Amarawati di Sulsel, arca Roro Jonggrang
di Candi Prambanan.
Gambar 5.4 Patung Kertarajasa Jayawardana (Raden
Wijaya) raja Majapahit I
f) Istana
Istana atau keraton adalah tempat tinggal raja atau
pemimpin Negara. Peninggalan sejarah yang berupa istana atau keratin antara
lain: keraton Kesunanan Surakarta Hadiningrat, keratin Yogyakarta, Kesepuhan,
Maemun, Negara dan istana Bogor.
Gambar
5.2
Istana Bogor
g)
Tugu
atau Monumen
Monumen
adalah bangunan yang didirikan untuk memperingati suatu peristiwa bersejarah
atau untuk mengenang jasa seorang tokoh kepada Negara. Contoh: monument
Nasional, Tugu Muda, Proklamasi dan Palaga Ambarawa.
Gambar 5.1 Monumen Nasional
h)
Makam
Makam yang
merupakan peninggalan sejarah antara lain makam Fatimah Binti Maimun (gresik),
makam Sultan Malik Al Saleh dan Maulana Malik Ibrahim.
Gambar 5.5 Makam
Presiden RI Pertama di Blitar, Jawa Timur
i)
Tempat
Ibadah
Di Indonesia banyak sekali terdapat tempat ibadah
antara lain masjid, gereja, dan pura. Tempat ibadah yang bernilai ratusan tahun
seperti, masjid Agung Demak, gereja Katedral Jakarta dan pura Besakih (Bali).
j)
Benteng
Benteng merupakan bangunan yang sengaja dibuat untuk
keamanan dan pertahanan pada waktu penjajahan. Peninggalan sejarah berupa
benteng antara lain: benteng fort de kock, pendem dan benteng Somba Opu
(Sulawesi Selatan).
Gambar 5.6 Benteng Marlborough di Bengkulu.
2. Menghargai Peninggalan Sejarah
a) Merawat
dan menjaga benda-benda peninggalan sejarah
Di Indonesia terdapat banyak benda peninggalan
sejarah.benda tersebut harus dijaga dan dirawat dengan baik. Cara menjaga dan
merawat benda peninggalan sejarah antara lain bisa dilakukan dengan cara:
1) Membangun
museum untuk menyimpan benda-benda peninggalan sejarah.
2)
Menjaga
dan merawat daerah cagar budaya. Di daerah cagar budaya biasanya terdapat
banyak benda peninggalan sejarah, seperti arca atau patung, peralatan zaman
dahulu yang biasa digunakan untuk berkebun, berburu, dan menangkap ikan yang bisanya terbuat dari batu atau tulang.
3)
Turut
menjaga agar benda-benda peninggalan sejarah tidak dirusak. Benda-benda peninggalan
sejarah harus diamankan dari tangan-tangan jahil atau dari tangan pencuri.
b)
Mengunjungi
tempat-tempat peninggalan sejarah
Tempat
peninggalan sejarah yang bisa dikunjungi antara lain makam pahlawan Bung Karno
yang terletak di Blitar, candi Borobudur terletak di kota Magelang Jawa Tengah,
museum dan istana Bogor yang terletak di
Bogor.
c)Menggunakan
benda peninggalan sejarah secara benar
Benda peninggalan sejarah adalah kekayaan negara. Kita
harus menggunakan secara benar. Benda-benda itu boleh digunakan untuk keperluan
penelitian.Benda-benda peninggalan sejarah juga boleh dikunjungi. Benda-benda
peninggalan sejarah bukan milik pribadi. Kita tidak memanfaatkannya untuk
kepentingan pribadi. Misalnya, kita tidak boleh
memperjualbelikan benda-benda peninggalan sejarah.
3.
Manfaat
menjaga kelestarian peninggalan sejarah di Indonesia
Adapun
manfaat dalam menjaga kelestarian peninggalan sejarah di Indonesia antara lain
sebagai berikut:
a)
Melihat secara langsung bukti-bukti
kehidupan masa lampau.
b) Dapat mempelajari sejarah Indonesia.
c) Menambah wawasan dan pengetahuan.
d) Mempertebal rasa kebangsaan.
C.
Pembelajaran Kooperatif
1.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1995:5) (dalam Asma, 2006:11), mendefinisikan bahwa
belajar kooperatif adalah sebagai berikut “Cooperative
learning methods share the idea that students work together to learn and are
responsible for their teammates learning as well as their own”. Definisi
ini mengandung pengertian bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama,
saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar
secra individu maupun kelompok.
2.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut:
a)
Pencapaian hasil belajar
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam
membentuk siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini
telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan normal yang
berhubungan dengan hasil belajar.
b)
Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama
lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan
kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain.
c)
Pengembangan ketrampilan sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah
untuk mengajarkan kepada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.
Ketrampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat, meskipun
beragam budayanya. Sementara itu banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam
ketrampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering terjadi suatu
pertikaian kecil antar individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan. Selain
unggul dalam membantu siswa dalam memahami soal yang sulit, model ini juga
membantu menumbuhkan rasa kerjasama.
3.
Prinsip pembelajaran kooperatif
Dalam pelaksanaanya pembelajaran kooperatif setidaknya terdapat
lima prinsip yang dianut. Lima prinsip yang perlu dianut tersebut antara lain
sebagai berikut:
a)
Belajar siswa aktif
b)
Belajar kerjasama
c)
Pembelajaran
partisipatorik
d)
Reactive teaching
e)
Pembelajaran yang
menyenangkan
4.
Pengertian Model Pembelajaran Bottle
Dance
Bottle Dance (Botol Berjoget) merupakan metode yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau
menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh
suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Pada saat pemimpin rapat mulai
berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat
akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya.
Bottle Dance termasuk salah satu model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan
tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru
setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Bottle Dance sangat cocok diterapkan bagi siswa
SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih
mental anak berbicara didepan umum, pembelajaran ini akan menciptakan suasana
yang menyenangkan dan bisa membuat siswa lebih aktif.
Menurut Suherman (2006:84) sintaks pembelajaran Bottle Dance adalah
sebagai berikut:
(1) Guru
menyiapkan botol, (2) Guru menyiapkan materi yang akan
dipelajari, kemudian memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajarimateri, (3)
Setelah siswa selesai mempelajari materi, siswa diminta untuk menutup bukunya
kembali, (4) Guru mengambil tongkat kemudian memberikannya kepada salah satu
siswa, bagi siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan. Demikian seterusnya sampai sebagian basar siswa
mendapat giliran menjawab pertanyaan dari guru, (5) Guru memberikan kesimpulan,
(6) Evaluasi, (7) Penutup.
Model
pembelajaran Botle Dance mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dan kekurangan dari model Botle Dance tersebut
antara lain sebagai berikut:
Kelebihan model pembelajaran Botle
Dance adalah sebagai berikut:
1. Siswa
dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan secara penuh dalam
suasana belajar yang terbuaka dan demokratis. Siswa bukan lagi menjadi objek pembelajaran namun bisa
juga berperan sebagi tutor bagi temannya.
2.
Menguji kesiapan siswa.
3.
Melatih siswa memahami materi dengan
cepat
4. Siswa lebih giat belajar (belajar terlebih dahulu
sebelum kegiatan pembelajaran).
5. Mudah diterapkan dan tidak mahal.
Kelemahan atau kekurangan model pembelajaran Botle
Dance adalah sebagai berikut:
1.
Membuat siswa senam jantung
2.
Membuat siswa tegang.
3.
Membuat siswa merasa takut mendapat
pertanyaan dari guru.
4.
Kesempatan untuk menjawab pertanyaan
sedikit karena yang dapat menjawab pertanyaan hanya siswa yang dapat botol dari guru.
D. Media
Gambar
Media gambar adalah benda visual dua
dimensi yang merupakan gambaran dari macam-macam obyek dan peristiwa, yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain.
1.
Peta.
2.
Gambar
Diam.
3.
Foto.
4.
Kelebihan
dan Kelemahan dari media gambar.
E.
Pengertian Motivasi Belajar
1.
Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki
pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam psikologi, istilah motif
sering dibedakan dengan istilah motivasi. Motif adalah tingkah laku atau
perbuatan suatu tujuan atau perangsang. Menurut S. Nasution, motif adalah
segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan. Dengan
demikian motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang
dapat menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu.
Motivasi adalah
sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi
terkandung tiga unsur penting, yaitu:
a.
Bahwa
motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam
sistem ”neurophysiological” yang ada
pada organisme manusia.
b.
Motivasi
ditandai dengan munculnya rasa ”feeling”,
afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan
kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c.
Motivasi
akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya
merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek
belajar itu dapat tercapai.
2.
Macam-macam Motivasi
Dilihat dari berbagai sudut pandang, para ahli psikologi
berusaha untuk menggolongkan motif-motif yang ada pada manusia atau suatu
organisme kedalam golongan menurut pendapatnya masing-masing.
Diantarnya menurut Woodworth dan Marquis yang dikutip
oleh Sardiman, (2005:88), motif itu ada tiga golongan yaitu:
a)
Kebutuhan-kebutuhan
organis yakni, motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian
dalam diri tubuh seperti: lapar, haus, kebutuhan bergerak, beristirahat atau
tidur, dan lain sebgainya.
b)
Motif-motif
yang timbul sekonyong-konyong (emergency
motives) inilah motif yang timbul bukan karena kemauan individu tetapi
karena ada rangsangan dari luar, contoh: motif melarikan diri dari bahaya,
motif berusaha mengatasi suatu rintangan.
c)
Motif
obyektif yitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek atau tujuan
tertentu disekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita.
Andren N. Frandsen yang dikutip oleh Sardiman, (2005:86),
mengemukakan jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu: motif
bawaan, (motive psichological drives)
dan motif yang dipelajari (affiliative
needs), misalnya: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan seperti
belajar Bahasa Inggris, kimia, biologi, kedokteran dan lain sebagainya.
Selanjutnya Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua
golongan yaitu, sebagai berikut:
a) Psychological drive adalah dorongan-dorongan yang
bersifat fisiologis atau jasmaniah seperti lapar, haus, lelah, pusing, dan
sebagainya.
b) Sosial Motives adalah dorongan-dorongan yang ada
hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti: dorongan selalu ingin
berbuat baik (etika) dan sebagainya.
Adapun bentuk motivasi belajar di sekolah dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
a.
Motivasi
Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Atau
dengan kata lain, motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dalam diri
seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya:
memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya.
Faktor-
faktor yang menimbulkan motivasi instrinsik adalah:
1) Adanya kebutuhan, 2) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya
sendiri, 3) Adanya cita-cita atau aspirasi.
b.
Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang
dari luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya: siswa rajin belajar untuk
memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya.
3.
Cara Memotivasi
Bagi siswa yang selalu memeperhatikan materi pelajaran
yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut
ada motivasi, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri siswa tersebut atau
bisa disebut dengan motivasi instrinsik. Siswa yang seperti ini biasanya dengan
kesdaran sendiri memperhatiakan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih
banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan
disekitarnya, kurang dapat mempengaruhi agar memecahkan perhatiannya.
Berbeda halnya dengan siswa yang tidak ada motivasi di
luar dirinya mutlak diperlukan. Disini tugas guru adalah membangkitkan motivasi
peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Menurut Sardiman
(2000) ada beberapa strategi yang biasa digunakan oleh guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
a.
Menjelaskan
tujuan pembelajaran kepada peserta didik.
b.
Saingan/kompetisi
c.
Pujian
d.
Menggunakan
media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
e.
Hukuman
4. Indikator
Motivasi
Dalam Sardiman
(2005:83), disebutkan bahwa motivasi
yang ada pada diri siswa, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Tekun menghadapi tugas, b) Ulet menghadapi kesulitan,
c) Menunjukkan minat terhadapa bermacam-macam masalah, d) Lebih senang bekerja
mandiri, e) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin, f) Dapat mempertahankan
pendapatnya, g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, h) Senang mencari
dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila
seorang siswa memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti siswa itu selalu
memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat
penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan
berhasil baik, apabila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan
masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan
terjebak pada sesuatu yang rutinitis dan mekanis. Siswa harus dapat
mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya rasional.
Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai
masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal ini semua harus
dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat
memberikan motivasi yang tepat dan optimal.
F. Pengertian hasil
belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999). Hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang
sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk
mengukur dan menilai kemampuan siswa.
Hasil belajar adalah pola-pola, nilai-nilai,
pengertian, sikap-sikap, apersepsi dan ketrampilan. Menurut Gagne (dalam Agus Suprijono, 2009:5) hasil belajar
itu berupa:
1.
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2.
Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan kemampuan
mempresentasikan konsep dan lambang, ketrampilan ini terdiri dari kemampuan
mengorganisasikan, kemampuan analisis sintetis faktor konsep dan mengembangkan
prinsip keilmuan.
3.
Strategi kognitif adalah kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitinya sendiri.
4.
Ketrampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
5.
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
1.
Pendekatan
Penelitian
Pendekatan
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu
pendekatan yang dinyatakan dalam bentuk verbal dan di analisis tanpa
menggunakan statistik. Bodgan dan Tailor (1975:5) (dalam Moleong, 2000:32)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, pendekatan ini diarahkan pada
latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sejalan dengan definisi
tersebut, Kirk dan Miller (1986:9), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.
2.
Jenis
Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian praktis yang
bertujuan untuk memperbaiki suatu keadaan pembelajaran di kelas dengan
melakukan tindakan-tindakan. Upaya perbaikan yang dilakukan dengan melaksanakan
tindakan yang berupa penggunaan
media gambar dan model
pembelajaran Bottle Dance dengan dimaksudkan
untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan guru sehari-hari
dimana dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan aktifitas
belajar dan kemandirian belajar khususnya terhadap materi peninggalan sejarah.
Penelitian
ini dilakukan dalam konteks kelas yang bertujuan memperbaiki praktek pembelajaran
di kelas sehingga dapat meningkatkan ketrampilan proses dan hasil belajar
siswa. Dalam penelitian tindakan ini, penulis terlibat langsung mulai dari awal
sampai berakhirnya proses penelitian. Penelitian tindakan ini dilakukan
mengikuti proses pengkajian yang terdiri dari empat tahap, yaitu:
a.
Merencanakan
Rencana tindakan dalam
PTK (Penelitian Tindakan Kelas) disususn berdasarkan masalah yang hendak
dipecahkan. Perencanaan tindakan dalam penelitian ini meliputi penyusunan
skenario pembelajaran.
b.
Melaksanakan
Pelaksanaan tindakan penelitian dalam penelitian ini meliputi
pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun.
c.
Mengamati
Kegiatan pengamatan terkait dengan pengamatan data dan dilakukan saat
pelaksanaan tindakan berlangsung.
d.
Merefleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan tindakan dan untuk mengetahui
keunggulan pembelajaran pada materi “Peninggalan Sejarah” dengan
menggunakan kolaborasi
penggunaan media gambar dan model pembelajaran Botle
Dance.
B.
Data dan sumber data
1.
Data
yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari
a)
Hasil
jawaban lembar tugas siswa
b)
Observasi
c)
Angket
respon siswa dalam proses pembelajaran
d)
Wawancara
e)
Validasi
2.
Proses
pengumpulan data
Data
|
Prosedur Pengumpulan Data
|
Hasil jawaban
lembar tugas siswa
|
Lembar
tugas yang diberikan ada 2 macam: 1. Tugas individu dan 2. Tugas kelompok
|
Angket
respon siswa dalam proses pembelajaran
|
1. Keaktifan
2. Kerjasama
3.
Solidaritas
|
Observasi
|
Data
observasi dibuat untuk memperoleh data autentik di lapangan
1. Proses pembelajaran
2. Media yang dipakai
3. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
|
Wawancara
|
Wawancara
dilakukan untuk memperoleh data:
1. Kendala-kendala yang dihadapi guru
2. Kendala-kendala yang dihadapi siswa
|
Validasi
|
Kevalidan
lembar kerja yang peneliti buat dengan meminta bantuan kepada teman sejawat
untuk mengoreksi lembar kerja yang kami buat.
|
C.
Analisis
Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan
selama dan setelah pengumpulan data. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis
dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Mereduksi data
Kegiatan yang dilakukan dalam mereduksi data adalah
menyeleksi informasi, memfokuskan dan menyederhanakan semua data mentah yang
telah diperoleh selama penelitian. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
memperoleh informasi yang jelas dari data tersebut sehingga peneliti dapat
membuat kesimpulan data yang dapat dipertanggung jawabkan. Analisis data yang
digunakan selama proses belajar mengajar berlangsung adalah sebagai berikut:
a.
Analisis data aktivitas guru
Analisis ini dilakukan melalui analisis hasil observasi
aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Bottle Dance berlangsung. Analisis data menggunakan skor. Penentuan
skor dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Nilai persentase =
(Sumber: penelitian lapangan, 2010)
(1) skor 1 menandai
tidak sesuai, tidak tepat. (2) skor 2 menandai kurang sesuai, kurang tepat. (3)
skor 3 menandai cukup sesuai, cukup tepat. (4) skor 4 menandai sangat sesuai,
tepat.
Tabel 3.1 Kriteria skor penilaian
aktivitas guru
Presentasi (%)
|
Kualifikasi ketercapaian
|
75 – 100
|
Baik
|
50 – 75
|
Cukup baik
|
25 – 50
|
Kurang
|
0 – 25
|
Sangat Kurang
|
b. Analisis
data aktivitas siswa
Analisis ini
dilakukan melalui analisis hasil observasi aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Bottle
Dance berlangsung.
Analisis data menggunakan skor. Penentuan skor dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut :
Nilai persentase =
( Sumber: penelitian lapangan,
2010).
(1) skor 1 menandai tidak sesuai,tidak tepat. (2) skor 2
menandai kurang sesuai, kurang tepat. (3) skor 3 menandai cukup sesuai, cukup
tepat. (4) skor 4 menandai sangat sesuai, tepat.
Tabel 3.2 Kriteria
skor penilaian aktivitas siswa
Presentasi (%)
|
Kualifikasi ketercapaian
|
75 - 100
|
Baik
|
50 – 75
|
Sedang
|
25 - 50
|
Kurang
|
0 – 25
|
Sangat Kurang
|
c. Analisis
data motivasi belajar
Data motivasi belajar yang diperoleh dari penelitian ini
dianalisis secara statistik deskriptif dengan teknik presentasi (%) dengan
menggunakan rumus yang selanjutnya dikualifikasikan menggunakan kriteria yang
disajikan.
P =
x 100 %
Keterangan:
P = Presentasi
indikator motivasi belajar siswa
F =
Jumlah nilai indikator motivasi belajar siswa
N = Jumlah nilai motivasi ideal
Hasil perhitungan akan
dikualifikasi menggunakan kriteria motivasi belajar siswa yang disajikan dalam
tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Kriteria Motivasi belajar
siswa
Presentasi (%)
|
Kualifikasi ketercapaian motivasi
|
92 – 100
|
Sangat baik
|
75 – 91
|
Baik
|
50 – 74
|
Cukup baik
|
25 – 49
|
Kurang baik
|
0 -24
|
Tidak baik
|
(Dimodivikasi dari arikunto 2000 yang dikutip dari Richardus
Suryanto 2010)
Tabel 3.4 Kriteria
skor penilaian Instrument
Motivasi
Kategori
|
Bobot skor
|
Sangat sesuai dan tepat
|
4
|
Cukup sesuai dan cukup tepat
|
3
|
Kurang sesuai dan kurang
tepat
|
2
|
Tidak sesuai dan tidak
tepat
|
1
|
d. Analisis
Data Hasil belajar
Kriteria ketuntasan minimum hasil belajar ditentukan
dengan cara melihat adanya peningkatan presentase siswa yang tuntas belajar
dalam siklus I lebih dari presentase siswa yang tuntas pada data awal sehingga
melanjutkan pada siklus II dan jika pada siklus I presentasi siswa yang tuntas
belajar kurang dari presentasi siswa yang tuntas pada data awal maka perbaikan
lagi pada siklus I. Siswa dikatakan tuntas belajar jika mendapat skor ≥ 70 dan
memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ≥ 70%.
Perhitungan
persentase siswa yang tuntas belajar adalah sebagai berikut :
x 100%
Keterangan :
P =
persentase siswa yang tuntas
n =
banyaknya siswa dengan nilai minimal 70
N = banyaknya seluruh siswa satu kelas
e. Keterlaksanaan
Skenario Pembelajaran
Keterlaksanaan skenario pembelajaran dianalisis dengan
perhitungan nilai sebagai berikut:
Taraf kemampuan
=
Tabel 3.5 Kriteria skor pencapaian skenario pembelajaran
Kategori
|
Bobot skor
|
Persentase
|
Nilai
|
Baik sekali
|
4
|
85 %
|
A
|
Baik
|
3
|
70-85%
|
B
|
Cukup
|
2
|
55-70%
|
C
|
Kurang
|
1
|
55 %
|
D
|
2.
Penyajian
data
Penyajian
data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi dengan cara
menyusun secara naratif sekumpulan informasi, informasi ini maksudnya adalah
uraian dari proses kegiatan pembelajaran
yang telah diperoleh, kemudian data yang diperoleh dibandingkan
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Selanjutnya data yang telah
dibandingkan dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan tindakan
selanjutnya. Hasil penafsiran dan evaluasi ini dapat berupa penjelasan
mengenai: (1) perbedaan antara rancangan dan pelaksanaan tindakan, (2) perlu
adanya perubahan tindakan atau tidak, (3) alternatif tindakan yang dianggap
tepat, (4) persepsi penelitian dan teman sejawat yang terlibat langsung dalam
pengambilan tindakan dan pencatatan lapangan terhadap tindakan yang telah
dilakukan, (5) kendala yang dihadapi serta sebab-sebab kendala itu muncul dan
sebagainya.
3.
Penarikan
kesimpulan
Menarik kesimpulan adalah adalah kegiatan memberikan
kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi, kesimpulan tersebut
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Sedangkan meverifikasi adalah
kegiatan menguji kebenaran yang telah disimpulkan.
D.
Tahap-tahap
Pelaksanaan Tindakan
Prosedur pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini
mengikuti model yang dikembangkan oleh Arikunto berdasarkan atas konsep pokok
bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari 4 komponen pokok dengan
hubungan keempat komponen pokok tersebut menunjukkan siklus yang dapat
digambarkan dalam bentuk visualisasi sebagai berikut.
Perencanaan
|
Refleksi
|
Pelaksanaan
|
Siklus
I
|
Pengamatan
|
Perencanaan
|
SIKLUS
II
|
Refleksi
|
Pelaksanaan
|
Laporan
|
Pengamatan
|
Gambar 3.1 Tahap-tahap
penelitian (Sumber: Arikunto, 2006:17)
BAB
IV
BIAYA
DAN JADWAL PENELITIAN
A. Anggaran
Biaya
No
|
Jenis Pengeluaran
|
Biaya yang diusulkan
|
1
|
Gaji dan upah (25%)
|
Rp. 2.500.000,00
|
2
|
Bahan habis pakai dan peralatan (50%)
|
Rp. 5.000.000,00
|
3
|
Perjalanan (12%)
|
Rp. 1.200.000,00
|
4
|
Publikasi, seminar, laporan, penggandaan bahan seminar
(13%)
|
Rp. 1.300.000,00
|
|
Jumlah Dana
|
Rp.10.000.000,00
|
B. Jadwal
Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam waktu 6 bulan, yang
terjadwal sebagai berikut :
Bulan ke
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agt
|
Pretes materi
prasyarat untuk menentukan subjek penelitian
|
x
|
|
|
|
|
|
Penentuan subjek
penelitian berdasarkan pretes
|
|
x
|
|
|
|
|
Penyusunan
bahan-bahan penelitian (RPP, LKS, format observasi, wawancara,tes)
|
|
|
x
|
|
|
|
Pengambilan data
|
|
|
|
x
|
|
|
Penyusunan
laporan hasil penelitian
|
|
|
|
|
x
|
|
Seminar hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
x
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar